A.
JUDUL
PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG OPERASI HITUNG SEDERHANA MELALUI METODE
PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS I SD
NEGERI PLUMUTAN TAHUN 2014 /2015
B.
BIDANG KAJIAN
Desain
dan strategi pembelajaran
C.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Hasil
belajar siswa kelas I SD dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan
Operasi Hitung Sederhana belum optimal. Sebagai buktinya 60% siswa mendapat
nilai kurang dari 60, artinya masih banyak siswa yang bias menyerap dan
mengerti tentang materi pelajaran yang diajarkan guru.
Untuk
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Operasi Hitung
Sederhana, guru hendaknya perlu menggunakan metode dan alat peraga yang sesuai
dengan bahan yang diajarkan. Serta kreativitas dan inovasi pembelajaran dan
guru terhadap kesiapan siswa untuk menerima pembelajaran juga sangat
diperlukan.
Beberapa
hal yang menyebabkan kurang optimalnya hasil pembelajaran pada pokok bahasan
Operasi Hitung Sederhana antara lain guru tidak menggunakan alat peraga,
kurangnya siswa dalam latihan bersama, guru kurang tepat menerapkan metode
pembelajaran, kurang kreatif dan kurangnya kesiapan dalam penyampaian
pembelajaran.
Berdasarkan
pengalaman peneliti selama pembelajatan ditemukan banyak siswa yang tidak
memperhatikan guru, tidak simpatik terhadap guru dan sulitnya pelajaran
Matematika. Hal ini disebabkan penggunaan metode ceramah dan kurang kreatif
tanpa menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran Matematika.
Oleh
karena itu, peneliti mendapatkan tantangan untuk dapat meningkatkan prestasi
belajar Matematika menggunakan alat peraga dan metode yang tepat sesuai pokok
bahasan dan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran.
2.
Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dapat diungkapkan
sebagai berikut :
1. Apakah alat peraga benda-benda dan
gambar dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I dalam menyelesaikan
soal-soal?
2. Bagaimanakah langkah yang harus
dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD dalam
menyelesaikan soal-soal Operasi Hitung Sederhana?
b.
Pemecahan Masalah
Dari
rumusan masalahtersebut, maka alternatif tindakan yang tepat dilakukan adalah
dengan melaksanakan tahapan-tahapan dan dengan pendekatan kontekstual, yaitu :
1. Membangun pengetahuan dasar siswa
melalui pengalaman siswa yang pernah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan menggunakan Tanya Jawab agar siswa menjadi berani bertanya.
3. Menciptakan masyarakat belajar, siswa
melakukan diskusi kelompok membahas materi yang sedang dipelajari.
4. Menghadirkan model atau peraga sebagai
contoh pembelajaran.
5. Melakukan refleksi di akhir pertemuan
pembelajaran dengan mengurutkan apa saja yang sudah dipelajari.
6. Melakukan penelitian nyata agar guru
dapat menyimpulkan informasi perkembangan belajar siswa.
7. Melaksanakan kegiatan inkuiti atau
pembelajaran berdasar proses penemuan melalui proses berfikir secara
sistematis.
3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
a.
Tujuan Umum
Meningkatkan
kualitas pembelajaran Operasi Hitung Sederhana pada pelajaran Matematika siswa
kelas I SD dengan pendekatan kontekstual.
b.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan aktifitas belajar siswa
dalam pelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual.
2. Meningkatkan ketrampilan siswa dalam
pembelajaran Matematiaka melalui pendekatan kontekstual.
3. Meningkatkan ketrampilan guru dalam
pembelajaran Matematika melalui pendekatan kontekstual.
4.
Manfaat Penelitian
a.
Manfaat bagi Siswa
1. Menumbuhkan minat belajar siswa pada
pembelajaran Matemtaika, sehingga menjadi mata pelajaran menarik bagi siswa.
2. Meningkatkan aktifitas siswa dalam
proses pembelajaran.
3. Melatih siswa untuk dapat memecahkan
masalah dengan menggunakan pemikiran secara logis dan sistematis.
b.
Manfaat bagi Guru
1. Dapat memperbaiki dan meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar di kelas, sehingga mampu meminimalkan
kesalahan-kesalahan pada proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa.
2. Lebih trampil dalam menggunakan alat
peraga.
3. Meningkatkan gairah kerja dan hubungan
yang harmonis antara guru dan siswa.
4. Membuat guru lebih kreatif dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.
c.
Manfaat bagu Sekolah
1. Memberikan sumbangan untuk meningkatkan
dan pengembangan sumber daya manusia di sekolah.
2. Meningkatkan mutu sekolah agar mampu
bersaing dengan sekolah lain yang lebih maju dan lebih bermutu.
D.
Kajian Pustaka
1.
Kajian Teori
Penelitian
tindakan atau action research adalah suatu cara suatu kelompok atau perorangan
dalam mengorganisasi kondisi kelas sehingga dapat mempelajari pengalaman meraka
untuk memperbaiki kinerja guru agar proses dan hasil pembelajatan siswa
meningkat dan membuat pengalan tersebut dapat diakses oleh orang lain secara
sistematis. Penelitian tindakan kelas secara hakiki adalah mewujudkan proses
penelitian yang memiliki daya guna dan manfaat ganda baik bagi peneliti yang
dalam hal ini memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan
pendidikan dan pembelajaran, maupun bagi berbagai subyek yang diteliti dalam
mendapatkan manfaat langsung dari adanya tindakan nyata.
a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang esensial
dalam kehidupan dan sangat penting dalam
menentukan sudut pandang hidup. Oleh karena itu beberapa ahli memberikan
pengertian belajar. Menurut Hilgard dan
Bower dan buku Theories of Learning 1975 dalam psikolohi belajara Wisnobrata
Hendrojuwono (1983:3) mengatakan “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang
berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecenderungan respon, pembawaan, atau keadaan-keadaan
sesaat seseorang misalnya : kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya.”
Sedangkan menurut Drs. Oemar Hamalik
(1990:40) menuliskan tentang pengertian belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan
atau perubahan yang diperoleh seseorang yang Nampak tingkah laku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan yang dialaminya.
Namun menurut para ahli seperti
Gagne menyebutkan “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kacakapan manusia
yang diperoleh dan perubahan itu tidak disebutkan oleh posisi pertambahan.”
(Depdikbud, 1982:206).
Kemudian menurut Wisnubrata
Hendroyuwono (1982:206) dalam Depdikbud mengatakan “Belajar dapat diartikan
sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relative menetap yang terjadi sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan. Sedangkan arti dari pengalaman adalah
segala kejadian yang secara sengaja maupun tidak sengaja kita alami, sedangkan
latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja kita lakukan secara
berulang-ulang”.
Dari
pengertian di atas, ada beberapa hal yang diperhatikan yaitu :
-
Belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku dimaksudkan
dapat mengarah ke hal yang lebih baik atau sebaliknya yaitu mengarah ke tingkah
laku yang buruk. Jadi salah satu cirri belajar adalah menghasilkan tingkah
laku.
-
Belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Perubahan
di sini disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak bias di anggap
sebagai hasil belajar, jadi ada beda dengan pembawaan.
-
Untuk
dapat dianggap sebagai belajar, maka perlu tingkah laku itu menetap. Ini
berarti perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu
tetap tidak berubah, dan mengesampingkan perubahan tingkah laku yang bersifat
sementara misalnya karena sakit, lelah dan sebagainya.
-
Belajar
merupakan suatu proses, berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama.
Pendapat yang sama disampaikan oleh
Nasution (1972:13) secara singkat juga mengatakan bahwa “belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku dimana perubahan itu mengarah ke tingkah laku yang lebih
baik atau ke tingkah laku yang lebih buruk, tingkah laku yang terjadi melalui
pengalaman atau latihan dan merupakan suatu proses dalam kurun waktu yang cukup
lama”,
Dari kutipan di atas disimpulkan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan dan
relative menetap pada tingkah laku seseorang yaitu dalam cara berfikir dan
dalam cara berbuat atau melakukan sesuatu.
Kemudian menurut Drs. Hmad Mudzakir
(1966:34) dalam psikologi pendidikan mengatakan bahwa belajar dapat
didefinisikan “Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di
dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya”.
Menurut pengertian ini belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dan itu yakni mengalami.
Pengertian lama tentang belajara adalah memperoleh pengatahuan, bahwa belajar
adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. Ada pula tulisan
tentang belajar yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
b.
Hakekat Pembelajaran / Ciri-ciri Belajar
Menurut
Gagne, perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1) Informasi
Verbal; yaitu penguasaan informasi dalam
bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian
nama-nama terhadap suatu benda, definisi dan sebagianya.
2) Kecakapan
Intelektual; yaitu keterampilan individu dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika.
3) Strategi
Kognitif; Kecakapan individu untuk melakukan
pengendalian dnan pengolahan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses
pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan
cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif.
4) Sikap;
Yaitu hasil pembelajatan yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam
tindakan yang dilakukan.
5) Kecakapan
Motorik; ialah hasil belajar yang berupa
kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Selanjutnya menurut Gagne yang
disebut belajar itu mempunyai cirri sebagai berikut:
1) Perubahan itu menampakkan diri sebagai
suatu perubahan di dalam tingkah laku.
2) Perubahan itu boleh jadi dan sering kali
merupakan suatu peningkatan dalam suatu jenis perbuatan.
3) Mungkin juga berupa perubahan disposes
seperti: sikap, minat dan nilai.
4) Perubahan itu sedikit banyak bersifat
permanen, dapat bertahan beberapa waktu lamanya.
5) Perubahan itu dibedakan dari jenis
perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan, seperti bertambah tinggi, berat
badan bertambah dan perkembangan otot-otot melalui latihan.
Dan cirri-ciri belajar yang dikemukakan
di atas, bahwa seseorang dikatakan belajar apabila seseorang itu dapat melakukan sesuatu sebelum mengikuti proses
belajar itu, atau tingkah laku orang itu berubah sesuai dengan cirri-ciri di
atas.
c.
Tujuan Belajar
Menurut
Winarno Surakhman (1984:65) dalam bukunya interaksi mengajar belajar
mengatakan: “Tujuan belajar diajukan kpada (1) pengumpulan pengetahuan (2)
penanaman konsep dan kecekatan, serta (3) pembentukan sikap dan perbuatan”.
Sedangkan upaya untuk mencapai tujuan belajar itu dengan mengumpulkam berbagai
pengetahuan dan penanaman konsep secara cekatan serta dengan kemampuan dan
keterampilan, sehingga terbentuklah sikap yang dilambangkan dalam perbuatan dan
tingkah laku.
d.
Proses Belajar
Menurut
Ad Rooijakkers (1982:13) dalam bukunya Mangajar dengan Sukses mengatakan:
“Untuk mengerti sesuatu hal di dalam diri seseorang terjadi suatu proses
disebut proses belajar, proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh
seorang pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.”
e.
Hasil Belajar
Belajar
dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapat belajr, prestasi belajar
mempunyai beberapa fungsi yaitu:
Prestasi
belajat indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak
didik sebagai berikut :
1) Prestasi belajar sebagai lambang
kepuasan hasrat ingin tahu.
2) Prestasi belajar sebagai indikator
intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam
arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar akan dijadikan indikator tingkat
kesuksesan anak di masyarakat.
3) Prestasi belajar dapat dijadikan
indicator terhadap adanya daya serap siswa.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar
matematika.
f.
Hakekat Matematika
Sejalan
dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa
pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan
yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, mahtematika
merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis dan masalah yang
berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu
bantu dalam menginterprestasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Sedangkan
matematika dalam sudut pandang Nasution (1982:12) yang diuraikan dalam bukunya,
bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, methein atau mathenein yang
berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan erat dengan kata Sanskerta,
medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan atau intelegensia.
Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu
tentang belajar (hal ini sesuai dengan kata mathein pada matematika).
Berpijak
pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi
matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
1)
Matematika sebagai struktur yang terorganisir
Agak
berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan
yang terorganisir.
2)
Matematika sebagai alat (tool)
Matematika
juga sering dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam
kehidupan.
3)
Matematika sebagai pola piker deduktif.
Matematika
merupakan pengetahuan yang memiliki pola piker deduktif, artinya suatu teori
atau pernyataan dalam matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah
dibuktikan secara deduktif (umum).
4)
Matematika sebagai cara bernalar (the way of
thinking).
Matematika
dapat pula dipandang sebagai bernalar, paling tidak karena beberapa hal,
seperti matematika memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus
aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis.
5)
Matematika sebagai bahasa artificial.
Simbol
merupakan cirri yang paling menonjol dalam matematika. Bahasa matematika adalah
bahasa simbol yang bersifat artificial, yang baru memiliki arti bila dikenakan
pada suatu konteks.
6)
Matematika sebagai seni yang kreatif.
Penalaran
yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif
dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya
merupakan seni berfikir yang kreatif.
g.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar bermakna dengan melalui
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar
mengetahui, mengingat dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi
target penguasaan materi, agar tidak gagal dalam membekali siswa untuk
memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses pembelajaran
lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk
merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip pembelajaran.
Memberdayakan siswa, bukan mengajari.
Dengan
prinsip pembelajaran seperti itu pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta,
konsep dan aliran yang siap diterima siswa, melainkan harus dikontruksi atau
dibangun sendiri oleh siswa dengan fasilitas guru. Siswa belajar dengan
mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian member makna
pengetahuan itu.
Pembelajaran
dengan cara seperti di atas disbut dengan pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu dengan cara guru memulai
pembelajaran dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau
Tanya jawab lisan tentang kondisi actual dalam kehidupan siswa (daily life)
kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar
siswa berfikir, contructivism agar siswa membangun pengetahuan, inquiry agar
siswa menemukan konsep dengan berbagai guru, learning community agar siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, serta
authentic assessment agar penilaian yang dibentuk menjadi obyektif. Jadi
pendekatan kontekstual mempunyai tujuh komponen utama yaitu kontruktivisme,
inquiry, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian sederhana.
Hakikat
pembelajaran kontekstual adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
efektif.
h.
Kerangka Berfikir
Optimalisasi kegiatan pembelajatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya faktor metode dan teknik dan
model mengajar guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
sehingga siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran. Guru dapat mengaitkan
materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai
dengan dunia nyata sehingga siswa merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna
atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan guru harus dapat melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif. Peserta didik dibantu
oleh pendidik dalam melibatkan diri dalam mengembangkan atau memodifikasi
kaegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa dibantu oleh guru dalam melibatkan diri
pada proses pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan
fasilitas atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi bahan
belajar dan prosedur pembelajaran, membahas materi dan melakukan saling tukar menukar pengalaman
dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan masalah.
Dengan
menerapkan pendekatan kontekstual , pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran Matematika kelas I SD. Oleh
karenanya, siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan diharapkan pula
terjadi peningkatan hasil belajar.
E.
Metode penelitian
1.
Subyek Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan dengan subyek penelitian adalah siswa kelas I SD sebanyak
32 siswa yang terdiri dari20 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
2.
Variabel yang
Diselidiki
Faktor-faktor
yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran Matematika dengan pendekatan kontekstual.
b. Keterampilan guru dalam pembelajaran
Matematika dengan pendekatan kontekstual.
c. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Matematika dengan pendekatan kontekstual.
3.
Prosedur PTK
Rancangan
yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.
Tahapan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dalam tahap
perencanaan ini membuap perencanaan sebagai berikut:
1) Menelaah materi pembelajaran matamatika
Operasi Hitung Sederhana kelas I yang akan dilakukan tindakan penelitian dengan
menelaah indicator-indikator pelajaran.
2) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajatan (RPP) sesuai indicator yang telah ditetapkan.
3) Menyiapkan alat peraga yang digunakan
dalam penelitian.
4) Menyiapkan lembat observasi yang
digunakan dalam pemelitian.
5) Menyiapkan alat evakuasi yang berupa pre
tes dan post test, serta lembar kerja siswa.
b.
Pelaksanaan Tindakan
Penelitian
ini dilaksanakan dengan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya
yakni melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Pelaksanaan
tindakan penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Siklus pertama
dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Siklus dilaksanakan
untuk memperbaiki segala sesuatu yang belum baik.
c.
Observasi
Kegiatan
observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk
mengatamati tingkah laku siswa dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran
operasi hitung sederhana yang merupakan pendekatan kontekstual. Observasi juga
dilakukan terhadap guru yang menerapkan pendekatan kontekstual.
d.
Refleksi
Setelah
mengkaji hasil belajar operasi hitung sederhana siswa dan hasil pengamatan
aktivitas guru, serta melihat ketercapaian indicator kerja maka peneliti
melakukan perbaikan pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.
Peneliti
juga melihat apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya telah
tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti melanjutkan siklus berikut sampai
tercapai indicator kerja.
4.
Siklus Penelitian
4.1.Siklus
Pertama
1.
Perencanaan
a) Menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran dengan materi perpindahan panas.
b) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran
berupa alat hitung simpoa dan lidi.
c) Menyiapkan lembar kerja siswa.
d) Menyiapkan lembar observasi yang akan
digunakan dalam penelitian.
e) Menyiapkan lembar evaluasi yang berupa
pre test dan post test.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pada
siklus ini peneliti menggunakan konsep belajar secara kelompok melalui
pendekatan kontekstual. Pelaksanaannya dilakukan selama satu pertemuan.
Prosedur pelaksanaannya adalah:
a) Menjelaskan kompetensi yang akan dicapai
yaitu siswa kelas I dapat melaksanakan operasi hitung sederhana.
b) Melakukan pre test tentang penghitungan
sederhana.
c) Guru (peneliti) mendemonstrasikan cara
mendapatkan panas.
d) Siswa mengamati demonstrasi cara
berhitung yang benar.
e) Tanya jawab tentang perhitungan.
f)
Guru
(peneliti) menyampaikan permasalahan yang harus dijawab oleh siswa, yaitu:
·
Ketika
menghitung penjumlahan, bagaimana cara menyelesaikan soal?
·
Jika
penjumlahan satu agka maka cara berhitung yang tepat seperti apa?
·
Bagaimana
jika menjumlahkan bilangan dua angka?
g) Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan
cara menghitung bilangan sederhana.
h) Siswa mengamati demonstrasi cara
menghitung bilangan sederhana yang dilakukan oleh guru.
i)
Suswa
membentuk kelompok untuk menjumlahkan bilangan. Satu kelas dibagi menjadi 8
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak.
j)
Tiap
kelompok melakukan penjumlahan bilangan.
k) Guru membimbing siswa dalam kegiatan
operasi hitung sederhana.
l)
Siswa
melaporkan hasil operasi hitung.
m) Kelompok yang lain memperhatikan hasil
operasi hitung yang dilakukan kelompok lain.
n) Guru membantu siswa dalam memecahkan
hasil yang benar dan menyimpulkan hasil perhitungan dari tiap-tiap kelompok.
o) Refleksi tindakan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
p) Melaksanakan post test.
3.
Observasi
a) Mengamati aktivitas siswa saat
pembelajaran (dilakukan oleh observer)
b) Memantau diskusi/kerjasama antar siswa.
c) Mengamati aktivitas guru dalam
pembelajatan (dilakukan oleh observer)
4.
Refleksi
a) Mengevaluasi hasil observasi
b) Menganalisa hasil pembelajaran
c) Memperbaiki kelemahan untuk siklus
berikutnya
4.2.Siklus
Kedua
1.
Perencanaan
a) Menyusun rencana perbaikan dengan materi
operasi hitung satu bilangan.
b) Memadukan siklus I agar siklus II lebih
efektif.
c) Menyiapkan lembar kerja siswa.
d) Menyiapkan lembar evaluasi.
e) Menyiapkan lembar observasi.
2.
Pelaksanaan Tindakan
a) Menjelaskan kompetensi yang akan diapai
yaitu siswa kelas I dapat melakukan Operasi Hitung Sederhana.
b) Melaksanakan Pre Test (Tanya jawab
lisan) mengenai materi yang telah dipelajari pada siklus I.
·
Bagaimana
cara menghitung dengan satu angka?
·
Bagaimana
cara menghitung dengan dua angka?
c) Guru (peneliti) memotivasi siswa.
d) Guru (peneliti) menyampaikan
permasalahan yang haruis dibahas, yaitu:
·
Apakah
terdapat perbedaan cara?
·
Bagaimanakah
perbedaan cara yang digunakan?
·
Lebih
mudah cara yang mana?
e) Siswa dibentuk kelompok untuk melakukan
perhitungan. Satu kelas dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 4 anak.
f)
Guru
memberikan lembar kerja yang berisi langkah-langkah penjumlahan.
g) Guru menjelaskan cara melakukan
penjumlahan dalam operasi hitung sederhana.
h) Tiap kelompok melakukan penjumlahan.
i)
Guru
membimbing siswa dalam kegiatan percobaan.
j)
Siswa
melaporkan hasil penjumlahan.
k) Kelompok yang lai memperhatikan hasil
operasi hitung yang dilakukan oleh kelompok lain.
l)
Menyimpulkan
hasil perhitungan.
m) Melaksanakan post test.
n) Refleksi tindakan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
3.
Onservasi
a) Mengamati aktivitas siswa saat
pembelajaran (dilakukan oleh observer)
b) Memantau diskusi/kerjasama antar siswa.
c) Mengamati aktivitas guru dalam
pembelajaran (dilakukan oleh observer)
4.
Refleksi
a) Mengevaluasi hasil observasi
b) Menganalisa hasil pembelajaran
c) Memperbaiki kelemahan untuk siklus
berikutnya
5.
Data dan Cara Pengumpulan Data
5.1.Sumber
Data
1.
Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari observasi
yang diperoleh secara sistematik selama pelaksanaan siklus pertama sampai
siklus kedua, hasil evaluasi dan hasil wawancara guru pengamat (observer).
2.
Guru
Sumber
data guru berasal dari lembar observasi aktivitas guru oleh observer.
3.
Data Dokumen
Sumber
data dokumen berasal dari data awal hasil tes, hasil pengamatan, catatan
lapangan selama proses pembelajaran dan hasil foto.
4.
Catatan Lapangan
Sumber
data yang berupa catatan lapangan berasal dari atasan selama proses
pembelajaran.
5.2.Jenis
Data
1.
Data Kuantitatif
Data
kuaintitatif diwujudkan dengan hasil belajar matematika yang diperoleh siswa.
2.
Data Kualitatif
Diperoleh dari lembar pengamatan aktivitas
siswa, keterampilan guru, wawancara serta catatan lapangan dengan menerapkan
pendekatan dengan pendekatan kontekstual.
5.3.Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan pada penelitian ini adalah metode observasi, metode tes dan
dokumentasi.
6.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis
data yang digunakan adalah:
a. Data berupa hasil belajar matematika
yang dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan
mean atau rerata. Adapun penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk
presentase. Rumus presentase tersebut sebagai berikut:
Σn
N
Σn = Jumlah frekuensi yang muncul
N = Jumlah total siswa
ῥ = Presentase Frekuensi
Hasil
perhitungan dikonsultasikan dengan ketentuan belajar siswa yang dikelompokkan
ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan criteria sebagai berikut:
Kriteria
Ketuntasan
|
Kualifikasi
|
≥60
|
Tuntas
|
≤60
|
Tidak
Tuntas
|
b. Data kualitatif berupa data hasil
observasi aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam pembelajaran kontekstual,
serta hasil catatan lapangan dan angket dianalisis dengan analisis deskriptif
kualitatif. Data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
7.
Indikator Keberhasilan
Pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 1 SD
dengan indikator sebagai berikut:
a. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
Matematika menggunakan pendekatan konteksjtual meningkat dengan criteria
sekurang-kurangnya baik.
b. Aktivitas guru dalam pembelajaran
Matematika menggunakan pendekatan kontekstual meningkat dengan criteria
sekurang-kurangnya baik.
c. 80% siswa kelas 1 SD mengalami
ketuntasan individual sebesar ≥60 dalam pembelajaran Matematika.
No
|
Pelaksanaan
Penelitian
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Proposal PTK
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
||||||||||
2
|
Siklus I
|
||||||||||||||||
Perencanaan
|
x
|
x
|
|||||||||||||||
Tindakan
|
x
|
x
|
|||||||||||||||
Observasi
|
x
|
||||||||||||||||
Refleksi
|
x
|
||||||||||||||||
3
|
Siklus II
|
||||||||||||||||
Perencanaan
|
x
|
x
|
|||||||||||||||
Tindakan
|
x
|
||||||||||||||||
Observasi
|
x
|
||||||||||||||||
Refleksi
|
x
|
||||||||||||||||
4
|
Pelaporan
|
x
|
x
|
Keterangan :
1. Pelaksanaan tindakan pada siklus I : Agustus minggui ke-3
2. Pelaksanaan tindakan pada siklus II : September minggu ke-4
F.
Rencana Anggaran Biaya
Akibat
yang timbul dari penelitian ini menjadi tangging jawab peneliti, adapaun biaya
tersebut adalah:
1. Foto Copy : Rp
40.000,-
2. Kertas Folio 1 Pack : Rp
30.000,-
3. Jilid Buku : Rp
15.000,-
4. Rental Komputer : Rp 75.000,-
5. Lain-lain : Rp
25.000,-
Rp 180.000,-
G.
Daftar Pustaka
Gagne.
Depdikbud. 1982. Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Hamalik.
O. 1989. Metodologi Pengajaran. Bandung.
Juwono,
W. 1982/1983. Materi Dasar pendidikan
Program Bimbingan Konseling.
Muzakir,
A. 1984. Interaksi Mengajar. Semarang.
Nasution.
1972. Didaktik. Depdikbud: Jakarta.
Nasution,
A.H. 1982. Landasan Matematika. Bogor: Bhratara.
Rooijakker,
Ad. 1982. Mengajar Dengan Sukses. Gramedia: Jakarta.
Soerachmad,
W. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung.
Soerachmad,
W. 1989. Metodologi Pengajaran Nasional. Jembatan: Bandung.
Sujono.
1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah. Jakarta: Depdikbud.
Sumardyono.
2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
0 Response to "PTK: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG OPERASI HITUNG SEDERHANA MELALUI METODE PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS I SD NEGERI PLUMUTAN"
Post a Comment