PTK: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI BERBAGAI TEMPAT HIDUP MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PERMAINAN KOTAK KATA DI KELAS II SD SELOKARTO 03 KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG


A.     JUDUL PENELITIAN
        Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mengidentifikasi Berbagai Tempat Hidup Mahluk Hidup Melalui Metode Permainan Kotak Kata.

B.     BIDANG KAJIAN
Peningkatan Hasil Belajar

C. PENDAHULUAN                                                                                                              Pendidikan IPA di sekolah diarahkan melalui proses inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  Sedangkan indikator keberhasilan guru dalam melakukan proses pembelajaran bagi siswa-siswanya adalah ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi pembelajaran. Penguasaan siswa terhadap kompetensi pembelajaran dapat dilihat seberapa ia menguasai materi pembelajaran yang terlihat dari nilai yang ia peroleh pada tes. Pada kenyataannya untuk mencapai keberhasilan tersebut bukan persoalan mudah, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar.
Prestasi belajar mata pelajaran IPA belum berhasil seperti yang diharapkan. Hal tersebut terlihat setelah selesai pembelajaran dan menganalisa hasil ulangan harian diketahui bahwa pembelajaran di SD Selokarto 03 mata pelajaran IPA  untuk kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup materi pokok tempat hidup mahkluk hidup. Indikator ketidakberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari tingkat ketuntasan belajar siswa. Dari hasil tes akhir pelajaran dari 15 siswa  hanya 5 siswa atau  33 %  yang mencapai ketuntasan belajar sedang 10 siswa lainnya atau sebanyak 66 % siswa tidak tuntas belajar atau tidak mencapai KKM yang ditetapkan. Dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat maka diketahui kekurangan siswa dalam pembelajaran  yaitu :
1.    Siswa kurang memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan penjelasan
2.    Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan.
3.    Siswa lebih asyik dengan dirinya sendiri dan tidak terlibat dalam proses belajar mengajar
4.    Siswa belum mampu menjawab pertanyaan guru tentang materi pelajaran.
5.    Hasil ulangan rendah
Keseluruhan kondisi pembelajaran tersebut mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah sebab siswa asyik bermain dengan temannya dan kurang memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan penjelasan, siswa kurang berani mengajukan pertanyaan, siswa lebih asyik dengan dirinya sendiri dan tidak terlibat dalam proses belajar mengajar, dan siswa belum mampu mengidentifikasi tempat hidup mahkluk hidup. Dari berbagai kekurangan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA materi tempat hidup makhluk hidup maka guru melakukan refleksi.
Berdasarkan uraian alternatif penyelesaian masalah rendahnya prestasi belajar dan bahan referensi tentang model-model pembelajaran inovatif dalam pembelaaran maka penulis memutuskan untuk melakukan perbaikan pembelajaran IPA untuk  kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup materi pokok tempat hidup mahkluk hidup dengan cara menggunakan permainan yang mampu melibatkan siswa , mampu menarik perhatian siswa dan menyenangkan siswa dalam pembelajaran. Bentuk permainan yang dipilih penulis yaitu permainan kotak kata ( word square).



C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu  “ Apakah penggunaan permainan kotak kata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II  SD Negeri Selokarto 03 Kecamatan Pecalungan mata pelajaran IPA kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup ?”





D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian adalah :
1.    Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran Kelas II SD Negeri Selokarto 03 Kecamatan Pecalungan mata pelajaran IPA pada materi tempat hidup makluk hidup  melalui permainan kotak kata( word square).
2.    Meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas II SD Negeri Selokarto 03 Kecamatan Pecalungan mata pelajaran IPA pada materi tempat hidup makluk hidup  melalui permainan kotak kata ( word square).


      E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Bagi Siswa
Dengan menggunakan permainan kotak kata maka siswa dapat belajar secara mandiri dan memperoleh pengetahuan secara mandiri sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih bermakna sehingga prestasi belajarnya lebih meningkat
2.      Bagi Guru
Dengan menggunakan permainan kotak kata guru dapat meningkatkan mutu pembelajaran di kelasnya sehingga mendorong guru untuk terus melakukan inovasi pembelajaran dengan berbagai bentuk pembelajaran inovatif.
3.      Bagi Sekolah
Hasil dari penelitin tindakan kelas ini sangat bermanfaat bagi sekolah yaitu adanya peningkatan kompetensi guru dan peningkatan prestasi belajar siswa yang tentu saja hal tersebut sangat penting bagi peningkatan mutu pendidikan di SD Selokarto 03 Kecamatan  Pecalungan Kabupaten Batang.
                                                                    
      



   F. KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini penulis akan memaparkan berbagai kajian pustaka yang berkaitan dengan fokus permasalahan yaitu permainan kotak kata dan prestasi belajar mata pelajaran IPA.
A.     Permainan Kotak Kata
1.         Permainan Kotak Kata ( word square )

4
Proses pembelajaran yang menempatkan guru sebagai satu satunya sumber ilmu pengetahuan masih banyak kita jumpai. Dengan cara ini seolah-olah siswa sebagai botol kosong pasif yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh sang guru apapun atau bagaimanapun kondisinya. Hasil yang dicapai melalui proses ini menjadikan siswa kurang kreatif dan kurang bisa mengembangkan diri serta sukar untuk mengaplikasikan apa yang telah diperolehnya dalam kehidupan sehari hari. Belajar juga menjadi kurang bermakna karena jauh dari apa yang dihadapi siswa setiap hari. Proses pembelajaran yang baik hendaknya menempatkan siswa sebagai pencari ilmu sehingga perlu dibiasakan memecahkan dan merumuskan sendiri hasilnya (Johar, 2002:2). Intervensi dari orang lain diberikan dalam rangka memotivasi mereka. Perumusan atau konseptualisasi juga dilakukan oleh siswa sendiri. Posisi guru dalam proses pembelajaran bukan sebagai informator dan penyuap akan tetapi sebagai organisator program pembelajaran, sebagai fasilitator bagi pembelajaran siswa dan sebagai evaluator keberhasilan pembelajaran mereka. Hubungan guru dengan siswa tidak lagi vertikal tetapi cenderung ke arah horizontal. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar  Muhammad Nur (1998,16). Tiap tiap kelompok terdiri dari anak yang berbeda-beda kemampuan berfikirnya. Dalam kelompok mereka dapat melatih, dan mengembangkan keterampilan keterampilan yang spesifik yang diperlukan dalam pembelajaran. Ada tiga tujuan pembelajaran kooperatif yang akan dicapai yaitu : (1) hasil belajar akademik; (2) penerimaan terhadap keberagaman; dan (3) pengembangan keterampilan sosial (Muslimin Ibrahim, dkk 2001:7). Hasil belajar akademik yang dimaksudkan dalam pembelajaran kooperatif meliputi pemahaman konsep-konsep yang sulit serta peningkatan kinerja ilmiah dalam tugas-tugas akademik. Heterogenitas kelas yang menyebabkan adanya kelompok atas dan kelompok bawah dimanfaatkan sehingga rnereka saling menguntungkan dalam belajar. Kerja sama dan kolaborasi ditumbuhkan sehingga dapat terhindar dari rasa permusuhan ataupun pertikaian kecil yang mengakibatkan kekerasan. Situasi belajar semacam ini memberi dampak nyata kepada siswa ketika berada dalam masyarakat. Pembelajaran harus didisain agar membuat siswa senang baik secara fisik maupun psikis. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif tersebut adalah pembelajaran yang disertai jenis-jenis permainan edukatif. Salah satu bentuk permainan tersebut adalah permainan kota kata. Permainan kotak kata ( word square) adalah salah satu jenis permainan yang dapat melatih siswa untuk secara aktif memperoleh informasi dari suatu materi pelajaran. Dalam permainan ini siswa akan berlomba dengan siswa lain sehingga menyenangkan. Siswa dihadapkan pada soal dan jawaban dapat dicari siswa dengan melakukan pencarian pada kotak kata yang disediakan.
2.      Langkah-langkah Permainan Kotak Kata ( word square )
Pembelajaran dengan menggunakan permainan kotak kata dilakukan dengan melakukan langkah-langkah atau sintaks permainan kotak kata. Langkah-langkah dalam melaksanakan permainan ini adalah :
a.         Setelah guru menyampaikan materi sesuai TPK dilanjutkan dengan permainan dengan maksud untuk mengaktifkan dan menguji kemampuan siswa terhadap penguasaan kompetensi pelajaran.
b.         Guru membagikan lembaran kegiatan kotak kata dan soal.
c.         Siswa bersama anggota kelompok menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.
d.         Setelah siswa selesai mengerjakan permainan kotak kata, guru melanjutkannya dengan membahas hasil pekerjaan siswa.
e.         Setiap jawaban benar diberikan poin atau nilai.

3.Kelebihan-kelebihan Permainan Kotak Kata ( word square )
Beberapa kelebihan yang dapat kita peroleh dengan melakukan permainan kotak kata adalah:
a.         Siswa melakukan aktifitas belajar sendiri untuk menemukan pengetahuannya sehingga pengetahuan lebih permanen.
b.         Siswa berlatih untuk melakukan kerjasama kelompok yang heterogen untuk menguasai materi yang disampaikan guru.
c.         Siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan riang gembira.
d.         Hasil pekerjaan siswa akan dibahas oleh guru dan setiap kelompok akan mendapat penghargaan dari hasil pekerjaannya. Penghargaan tersebut akan semakin meningkatkan motivasi siswa.
e.         Dalam kelompok terjadi kerjasama dan diantara siswa saling bertanggungjawab agar teman satu kelompok mencapai kompetensi yang diharapkan. ( Slavin, 2010:11)
B.     Prestasi Belajar IPA
1.      Pengertian Prestasi belajar
Secara konseptual (Fontana, 2001) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Seperti Fontana, Gagne dikutip (Udin, 2008) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.  
Menurut Thursan Hakim (2005) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Morgan yang dikutip Wisnubrata (1982) mendefinisikan belajar adalah setiap perubahan yang reltif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu  hasil dari latihan atau pengalaman
Menurut Slameto (2003) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Moh Surya (1981) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses  yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.
Sedangkan Dimyati Mahmud (1989) menyatakan belajar adalah suatu perubahan tingkah laku baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.
Dari  pendapat  tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan.
Belajar merupakan kata kerja yang tentu saja memiliki pengertian yang beragam. Pengertian prestasi belajar menurut Purwanto dalam Ridwan (2008) prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984) prestasi  adalah hasil yang   telah   dicapai  dari apa yang telah dilakukan .
Sedangkan menurut Muhibin dalam Abu Muhamad (2008:3)  dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Dengan demikian pengertian prestasi belajar dapat diberikan batasan bahwa prestasi belajar adalah hasil kerja belajar seseorang yang diperoleh atau dicapai dengan kemampuan yang optimal dalam tes sebagaimana yang dinyatakan dalam skor pada raport.

2.      Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.  Di tingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi,  dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi  bekerja ilmiah secara bijaksana. 
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

a.         Tujuan  Pembelajaran IPA

Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1)   Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2)   Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3)   Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip  dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,  teknologi dan masyarakat
4)   Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
5)   Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam
6)   Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7)   Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
b.      Ruang Lingkup
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan,  serta kesehatan
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.
c.       Pandangan Kontruksivisme dalam Pembelajaran IPA
Dalam pandangan paham konstruksivisme, pembelajaran IPA di sekolah dirancang berdasarkan pandangan-pandangan sebagai berikut :
1)        Belajar sebagai perubahan konsep
Menurut pandangan kontruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “ makna “ oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.
2)        Perubahan konsepsi dalam Pembelajaran IPA
Implikasi dari pandangan konstruktivisme di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara utuh dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Senada dengan pengalaman ini peneliti pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi dari siswa ( Piaget dalam Dahar, 1996 ), sehingga di sini peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiaknosis dan fasilitator belajar siswa. Lebih lanjut dikemukakan bahwa pembelajaran perspektif kontruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu : (1) berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal ( prior knowledge )  siswa; (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata ( experience ); (3) melibatkan interaksi social (social interaction ); dan (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan ( sense making ).
3)        Kelebihan pembelajaran berdasarkan konstruksivisme dalam Pembelajaran IPA
Beberapa kebaikan pembelajaran berdasarkan konstruktivisme adalah sebagai berikut.
a)        Pembelajaran berdasarkan kontruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara ekplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendidri, berbagai
b)        gagasan dengan temanya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
c)        Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki ( diberi ) kesempatan untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
d)        Pembelajaran konstruktivisme memberi kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya agar siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang teori dan model mengenalkan gagasan-gagasan sains pada saat yang tepat.
e)        Pembelajaran konstruksitivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan bernagai setrategi belajar.
f)          Pembelajaran konstruktivisme mendorong untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta member kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
g)        Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendudkung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu “ jawaban yang benar “
Menurut pandangan teori atau paham konstruktivisme belajar itu merupakan proses perubahan konsepsi. Oleh karena belajar dipandang sebagai perubahan konsepsi, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang rasional. Dengan demikian sebagai kegiatan yang rasional, maka belajar itu dimaksudkan apa yang dilakukan oleh seseorang terhadap idea tau gagasan yang dimilikinya. Pandangan perubahan konsepsi menyatakan bahwa kemampuan siswa untuk belajar dan apa yang dipelajari siswa bergantung pada konsepsi yang terdapat pada pengalaman tersebut. Gagasan yang baru tidak begitu saja ditambahkan pada gagasan yang telah ada,  tetapi mereka saling berinteraksi  yang kadang-kadang memerlukan perubahan. Perubahan ini menurut Dykstra ( Dalam dahar, 1994 ) dikelompokkan menjadi tiga kategori Pertama pembedaan atau differentiation, artinya konsep baru muncul dari konsep lebih umum yang sudah ada. Kedua  perluasaan konsepsi atau class   extention yaitu konsep lama yang mengalami perkembangan menjadi konsep baru. Ketiga konseptualisasi ulang atau recounseptualizasion, yaitu terjadi perubahan signifikan dalam bentuk hubungan antar konsep. Konseptualisasi ulang disebut juga restrukturisasi.( Nono Sutarno,2008:8.5)
Berdasarkan uraian tentang prestasi belajar dan pembelajaran IPA maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPA adalah hasil kerja belajar seseorang yang diperoleh atau dicapai dengan kemampuan yang optimal dalam tes sebagaimana yang dinyatakan dalam skor pada nilai ulangan mata pelajaran IPA. Untuk mencapai prestasi belajar IPA maka pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah







I. DAFTAR  PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono,1999, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta:Rineka Cipta
Dirjen PMPTK,2008, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta : Depdiknas
M.Sobry Sutikno dan Pupuh Fathurahman,2007, Strategi Belajar Mengajar Melalui  Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, Jakarta: PT. Refika Aditama
Muhamad,Abu, Prestasi belajar , Artikel 29 Mei 2008
Nasution, 1994,Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.
Purwanto, Ngalim, 1990, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya,
Ridwan, Belajar,Minat,Motivasi dan Prestasi belajar , Artikel 3 Mei 2008
Susilana,Rudi,2007, Sumber Belajar dalam Pendidikan,Ilmu dan Aplikasi Pendidikan,Jakarta:IMTIMA
Sutarno ,Nono, 2008, Materi dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta : UT
Thursan Hakim, 2005, Belajar Secara Efektif, Jakarta: Puspa Swara
Slameto,2003,  Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta :      Rineka Cipta
Tim Penyusun Kamus, 1996,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
Toha Anggoro, 2008,Metode penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka

Udin S Winataputra, 2008,Teori Belajar Minat dan Pembelajaran ,Jakarta: UT

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, Semarang : Aneka Ilmu

1 Response to "PTK: PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI BERBAGAI TEMPAT HIDUP MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PERMAINAN KOTAK KATA DI KELAS II SD SELOKARTO 03 KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG"

Pages