A.
Mata
Pelajaran Dan Bidang Kajian
Sehubungan dengan judul
penelitian tersebut maka mata pelajaran penelitian ini adalah matematika dan
bidang kajian Pendidikan Matematika
B.
Pendahuluan
Pecahan merupakan materi matematika yang amat penting. Pecahan banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta merupakan dasar dalam memahami
matematika lebih lanjut. Tingkat pemahaman siswa terhadap pecahan akan
mendasari mereka untuk memahami matematika lebih lanjut.
C. Latar Belakang
Berdasarkan
hasil observasi peneliti dari informasi guru setempat di MI yang menjadi
kendala adalah pada siswa kelas III yang
kurang bisa memahami materi tentang penjumlahan pecahan yang mengakibatkan
siswa tidak tertarik pada materi tersebutdan pada akhirnya hasil belajar siswa
tidak maksimal. Secara umum siswa
berhasil menjumlahkan pecahan dengan penyebut sama, tetapi mereka gagal atau
salah memberikan jawaban dalam menjumlahkan pecahan dengan penyebut yang
berbeda.
Misalnya siswa tidak
bisa memberikan jawaban yang benar dalam menjumlah . Setelah dianalisis
dan dilakukan diskusi bersama dengan guru kelasnya, diperoleh kesimpulan bahwa
diantara permasalahan yang dihadapi siswa ketika siswa melakukan kesalahan
dalam menjawab soal pecahan adalah kurang minatnya siswa terhadap materi
pecahan sendiri yang dinilai sulit. Sehingga mengakibatkan hasil belajar para
siswa pada bagian pecahan ini menjadi menurun.
Sedangkan, kekurang minatnya siswa
terhadap pecahan ini mungkin disebabkan oleh pembelajaran di sekolah kurang
bermakna dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang pernah dialami
oleh siswa sehingga mengakibatkan siswa menjadi kurang akrab dengan pecahan
senilai sehinggga mereka merasa dan menganggap bahwa pecahan itu sulit.
Berdasarkan pada kondisi seperti
itu, maka pembelajaran yang sekiranya dapat meningkatkan minat siswa terhadap
pecahan dirasa sangat perlu. Pembelajaran matematika realistik merupakan
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami
konsep matematika yang abstrak melalui masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
sering mereka alami. Heuvel-Panhuizen (1998:62), Realistic Mathematics
Education (RME) merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah
kontekstual dan situasi kehidupan nyata untuk memperoleh dan mengaplikasikan
konsep matematika. Sedangkan Gravemeijer (1994:82), menyatakan bahwa
pembelajaran realistik didasari oleh pemikiran Freudenthal tentang
matematika, yaitu matematika sebagai aktivitas manusia, manusia harus aktif
menemukan konsep-konsep matematika itu dengan melakukan matematisasi.
Pembelajaran matematika akan
bermakna bagi siswa apabila pembelajarannya dimulai dengan masalah-masalah
realistik, dan siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan
caranya sendiri sesuai dengan skema yang dimiliki dalam pikirannya (Marpaung,
2001:3). Dalam kegiatan ini siswa
diberi kesempatan untuk melakukan refleksi, interpretasi dan mencari strategi
yang sesuai. Keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika harus dipahami
sebagai keaktifan melakukan matematisasi baik horisontal maupun vertikal, yang
memuat kegiatan refleksi, interpretasi dan internalisasi. Mula-mula
matematisasi berlangsung secara horisontal dan dengan bimbingan guru
siswa melakukan matematisasi vertikal. Siswa perlu memulai dengan konteks
situasi, tindakan pada situasi konkret, membuat prediksi, mendiskusikan pola,
dan mempelajari matematika sesuai keberadaannya dalam kehidupan mereka
(Post,1992:75).
Mencermati
uraian tersebut, perlu adanya penelitian tindakan kelas (PTK) guna meningkatkan
minat dan
hasil belajar siswa kelas III MI melalui pembelajaran matematika
realistik.
Masalah penelitian di atas akan
dipecahkan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang
kolaboratif. Bentuk tindakan yang dilakukan adalah penerapan pembelajaran
matematika realistik pada materi pecahan.
Melalui pembelajaran matematika
realistik tersebut siswa mempelajari konsep pecahan tidak secara abstrak,
tetapi berangkat dari masalah real yang sering dialami dalam kehidupan
sehari-hari sehingga akan menjadi lebih konkret. Siswa dapat mengkonstruk atau membangun
konsep bilangan pecahan melalui masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa memahami makna dari bilangan pecahan. Dengan memahami makna
bilangan pecahan ini, maka jika diberikan sebuah bilangan pecahan, maka siswa
dapat memberikan bentuk pecahan lain yang senilai dengan pecahan tersebut.
Selanjutnya siswa dapat melakukan operasi penjumlahan maupun pengurangan
bilangan pecahan dengan penyebut berbeda.
Pembelajaran konsep pecahan senilai
yang selama ini dilakukan, siswa lebih ditekankan untuk latihan mengoperasikan
prosedur pengubahan pecahan ke bentuk pecahan yang senilai. Hal ini menyebabkan
siswa kurang bisa mengetahui makna dari bilangan pecahan itu sendiri
akibatnya dalam melakukan operasi penjumlahan bilangan pecahan, siswa masih sering
mengalami kesulitan.
Tindakan pembelajaran dalam
penelitian ini meliputi: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pemantauan, dan refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang dengan
menempatkan seorang peneliti dan dua orang kolaborator (guru) sebagai pelaksana
utama. Sebelum semua tindakan tersebut dilakukan, dalam penelitian ini
dilakukan observasi awal yang mendahului semua tindakan sebagai dasar dalam
menentukan rancangan tindakan. Oleh karena itu tindakan dalam penelitian ini
terdiri dari observasi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
pemantauan, dan refleksi. Empat tindakan terakhir terintegrasi dalam satu
kesatuan yang disebut dengan siklus, sehingga masing-masing siklus terdiri dari
empat tindakan tersebut kecuali siklus pertama yang diawali dengan observasi
(yang dinamakan observasi awal).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan: “Bagaimana proses pembelajaran matematika realistik dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas III MI terhadap pecahan?”
E.
Tujuan Penelitian
Sesuai
dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkannminat dan hasil belajar siswa Kelas III MI terhadap pecahan
melalui pembelajaran matematika realistik.
F.
Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru maupun
sekolah.
1.
Bagi siswa, memberikan kesempatan
bagi siswa untuk memahami tentang penjumlahan pecahan melalui masalah realistik
yaitu masalah dalam kehidupan sehari-hari yang pernah dialami sehingga lebih
konkret, lebih mudah, dan menyenangkan. Sehingga siswa dapat tertarik dan dapat
meningkatkan hasil belajar yang maksimal.
2.
Bagi guru, meningkatkan
kompetensinya dan sebagai bahan informasi tentang salah satu metode yang dapat
dipakai untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mengatasi masalah
pembelajaran matematika khususnya tentang penjumlahan pecahan.
3.
Bagi sekolah, sebagai bahan
informasi yang mungkin dapat diterapkan serta dapat meningkatkan kualitas
penerapan kurikulum matematika khususnya pada materi pecahan.
G. Kajian Pustaka
1.
Pengertian
Minat Belajar
a. Pengertian
minat
Minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus yang disertai rasa senang. (Slameto, 2003). Minat merupakan
sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa
yang mereka inginkan
bila mereka bebas
memilih. Bila mereka melihat
bahwa sesuatu akan
menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini
kemudian mendatangkan kepuasan.
Bila kepuasan berkurang, minatpun
berkurang. (Hurlock,1999). Minat
adalah kecenderungan yang
menetap dalam subyek
untuk merasa senang dan tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa
senang berkecimpung dalam bidang itu. (Winkel, 1983). Minat merupakan
factor psikologis yang
terdapat pada setiap orang. Sehingga minat terhadap
sesuatu/ kegiatan tertentu dapat dimiliki setiap orang.
Bila seseorang tertarik
pada sesuatu maka
minat akan muncul.
b. Pengertian
Minat Belajar
Minat belajar
adalah salah satu
bentuk keaktifan seseorang
yang mendorong untuk melakukan
serangkaian kegiatan jiwa
dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dalam
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. (Slameto, 2003 : 180-181)
Jadi dapat
disimpulkan bahwa minat
belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan
dan dapat membangkitkan gairah seseorang
untuk memenuhi kesediaanya dalam belajar.
2.
Pengertian
Hasil belajar
Menurut Darman
Syah dalam Miftakhul
Janah (2010:4) hasil
belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan
dalam bentuk angka. Menurut Bloom
dalam Astuti Lisna Binti (2010)
bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga
aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotorik.
Selanjutnya menurut Horward
Kingsley membagi tiga macam
hasil belajar yakni,
keterampilan dan kebiasaan,
pengetahuan dan pengertian, sikap
dan cita-cita. Kemudian
Gagne membagi lima
kategori hasil belajar yakni, informasi verbal, keterampilan
intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas, disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah hasil kecakapan
manusia dari tiga
aspek yang dimiliki
manusia yaitu
kognitif,afektif dan psikomotorik
yang membuat manusia
berhasil dalam mencapai keberhasilan
dalam segala pekerjaannya
melalui kapasitasnya tersebut yang
ditunjukkan dengan perolehan
angka dan perubahan
perilaku pada diri seseorang. Cara
mengukur hasil belajar
dari teori-teori di
atas adalah dengan menggunakan penilaian
dalam Nana Sudjana
(2010) ada penilaian
yang bisa digunakan dalam
menilai tercapai tidaknya
Kriteria Ketuntasan Minimal
belajar siswa yaitu dengan
adanya hasil belajar
siswa, di bawah
ini ada satu
penilaian yang akan digunakan peneliti yaitu :
Penilaian formatif
adalah penilaian
yang dilaksanakan pada
akhir program
belajar-mengajar untuk melihat
tingkat keberhasilan proses
belajarmengajar. Penilaian formatif berorientasi kepada proses
belajar-mengajar. Melalui penilaian
formatif diharapkan guru
dapat memperbaiki program
pengajaran dan strategi
pelaksanaannya. Dari segi alatnya,penilaian hasil belajar dapat dibedakan
menjadi tes dan bukan tes (nontes).
i.
Tes
Tes yang digunakan penulis adalah tes tulisan
(menuntut jawaban secara tulisan), tes tindakan(menuntut jawaban dalam bentuk
perbuatan).
ii. Nontes
Dalam nontes
alat penilaian yang
digunakan penulis adalah
observasi langsung yaitu pengamatan
yang dilakukan terhadap
gejala atau proses yang
terjadi dalam situasi
yang sebenarnya dan
langsung diamati oleh pengamat.
3.
Pengertian Matematika
Menurut
Erma Suherman (Ivon Marlinda, 2008:23)
matematika merupakan bahasa dan sarana berfikir secara logis dan dapat memasuki
seluruh segi kehidupan manusia dan yang paling sederhana sampai kepada yang
paling kompleks. Dalam kamus besar bahasa indonesia matematika adalah ilmu
tentang bilangan hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (Depdiknas, 2005: 723).
Dari
pengertian matematika di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar, pembuktian yang logis, cermat,
jelas, akurat dan dapat memasuki seluruh segi kehidupan manusia, dari yang paling sederhana sampai
kepada yang paling kompleks.
4.
Pengertian
Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut
Heuvel-Panhuizen (1998), Realistic Mathematics Education (RME) merupakan
suatu pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual dan situasi kehidupan
nyata untuk memperoleh dan mengaplikasikan konsep matematika. Masalah
kontekstual ini bukan berarti masalah yang selalu konkret dapat dilihat oleh
mata tetapi termasuk hal-hal yang mudah dibayangkan oleh anak. Masalah
kontekstual atau masalah dalam kehidupan sehari-hari berfungsi sebagai sumber
bagi proses pembelajaran.
Siswa perlu memulai dengan konteks situasi,
tindakan pada situasi konkret, membuat prediksi, mendiskusikan pola, dan
mempelajari matematika sesuai keberadaannya dalam kehidupan mereka
(Post,1992:75). Proses pengembangan ide dan konsep matematika yang dimulai dari
dunia nyata dinamakan matematisasi konsep.
5.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran Matematika Realistik
Dalam
pembelajaran matematika realistik terdapat beberapa prinsip yang harus
dipenuhi. Gravemeijer (1994:90),
mengemukakan tiga prinsip utama yaitu:
a) Penemuan terbimbing dan matematisasi progresif (guided reinvention and
progressive mathematizing)
Dalam
mempelajari matematika, siswa diberi kesempatan untuk mempunyai pengalaman
seperti proses yang mana matematika ditemukan, yaitu melalui kegiatan
matematisasi baik horisontal maupun vertikal. Matematisasi dalam hal ini
dimaksudkan menciptakan prosedur penyelesaian yang memberikan kesempatan
terhadap proses penemuan.
Pada
dasarnya prinsip penemuan dapat diilhami oleh prosedur penyelesaian informal.
Strategi informal siswa ini selanjutnya digunakan sebagai harapan
terhadap prosedur formal. Siswa melalui bimbingan guru melakukan generalisasi
dari penentuan masalah kontekstual yang memberikan bermacam-macam variasi
prosedur penyelesaian.
b) Fenomenologi didaktis (didactical
phenomenology)
Menurut fenomenologi pendidikan, situasi yang dapat memberikan topik
matematika diinvestigasikan dalam dua pandangan, yaitu untuk mengungkapkan
penerapan yang telah diharapkan dalam pembelajaran dan mempertimbangkan
kesesuaiannya sebagai pengaruh dari matematisasi progresif. Dalam hal ini siswa
mendapatkan gambaran matematika formal melalui pross generalisasi dan
formalisasi prosedur penyelesaian masalah pada suatu situasi.
Melalui fenomenologi ini diharapkan dapat menemukan situasi masalah yang
mana pendekatan suatu situasi dapat digeneralisasi. Di samping itu juga
diharapkan dapat menemukan situasi yang dapat menimbulkan paradigma prosedur
penyelesaian yang dapat diambil sebagai dasar bagi matematika formal. Oleh
karena itu dalam mempelajari matematika, siswa perlu memulai dari
masalah-masalah (fenomena-fenomena) kontekstual yaitu masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Model dikembangkan sendiri oleh siswa (Self-developed models)
Dalam mempelajari matematika hendaknya siswa mengembangkan model mereka
sendiri. Siswa mengembangkan model pada saat menyelesaikan masalah. Pada
awalnya siswa menggunakan model pemecahan yang informal, setelah terjadi
interaksi dan diskusi di kelas, salah satu pemecahan yang dikemukakan
siswa akan berkembang menjadi model yang formal. Hal ini yang
digunakan sebagai model pemikiran matematika. Menurut Gravemeijer (1994:101),
pembelajaran matematika realistik dapat dibedakan menjadi 4 level, yaitu:
situations, model of, model for, dan formal
mathematics.
Pada awalnya
sebuah model diangkat dari model situasi masalah khusus, kemudian model ini
digeneralisasikan atas situasi. Selanjutnya model dirubah dalam karakter
yang merupakan kenyataan yang ada. Dalam bentuk baru ini model tersebut dapat
berfungsi sebagai dasar model-for terhadap pemikiran matematika pada
level formal. Dengan demikian siswa pada mulanya mengkonstruksi model mereka
sendiri dan model ini disimpan sebagai dasar untuk mengembangkan pengetahuan
matematika formal.
Dari uraian
tersebut, maka pembelajaran matematika merupakan upaya membantu siswa menemukan
kembali konsep matematika yang ada dengan melakukan matematisasi, baik
horizontal maupun vertikal. Guru
bertindak sebagai fasilitator atau manajer yang menyediakan fasilitas
proses pembelajaran. Guru hanya akan memberikan bantuan jika diperlukan oleh
siswa. Oleh karena itu guru harus memahami bagaimana cara memberikan bantuan
sehingga proses konstruksi siswa dalam pikirannya dapat terjadi. Siswa bekerja
atau mengkonstruksi di dalam zona perkembangan terdekat mereka (zone of
proximal development). Vygotsky (Jacob, 1992:308) mendefinisikan zone of
proximal development: merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual
dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan aktual ini
ditentukan oleh penyelesaian masalah yang dilakukan oleh anak, sedangkan
tingkat perkembangan potensial ditentukan oleh penyelesaian masalah dengan
bantuan orang dewasa atau teman sebaya.
6.
Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Pecahan Senilai
Pecahan senilai dapat dikenalkan kepada siswa melalui masalah yang biasa
dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pecahan tidak langsung dikenalkan
dalam bentuk simbol bilangannya, tetapi melalui masalah-masalah yang biasa
dijumpai siswa dalam kehidupannya yang memungkinkan siswa dapat mengkonstruk
konsep pecahan senilai itu sendiri.
Dengan mengkonstruk sendiri konsep pecahan senilai ini akan tertanam di
benak siswa secara kuat dan bermakna. Hal ini akan dapat terwujud apabila
pembelajaran dilakukan berdasarkan pemecahan masalah realistik, yaitu dimulai
dengan apa yang biasa dijumpai siswa dalam kehidupannya. Masalah realistik ini,
misalnya Ibu Lisa membagi sebuah apel kepada 2 anaknya sedangkan Ibu Hera
membagi dua buah apel kepada empat keponakannya. Berapa bagian apel yang diterima
oleh masing-masing anak Ibu Lisa dan masing-masing keponakan Ibu Hera?
Pembelajaran
matematika realistik pada materi pecahan senilai dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengikuti tiga tahap, yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap inti, dan (3)
tahap akhir. Kegiatan dalam ketiga tahap ini secara rinci adalah sebagai
berikut.
a) Pada tahap
awal, guru membangkitkan motivasi dengan mengemukakan pentingnya matei yang
akan dipelajari, kompetensi, dan hasil yang akan dicapai, serta tugas dan
tanggungjawab baik individu maupun kelompok.
b) Pada tahap
inti, guru menyajikan masalah-masalah yang sering dan biasa dijumpai siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mengerjakan masalah-masalah ini sesuai
dengan kemampuan berpikir mereka. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa ini,
selanjutnya siswa dibimbing untuk mengkonstruk konsep pecahan senilai. Setelah
siswa dapat mengkonstruk konsep pecahan senilai, siswa kembali diberikan
masalah-masalah atau soal-soal dan diminta untuk mengerjakan sesuai dengan
konsep yang telah diperoleh.
c) Pada tahap
akhir, guru melakukan evaluasi baik terhadap proses pembelajaran maupun hasil.
H.
Prosedur Penelitian
1.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang kolaboratif
dengan melibatkan seorang peneliti, yaitu seorang mahasiswi dan seorang kolaborator,
yaitu seorang guru kelas III MI yang mengajar matematika. Penelitian ini
akan dilaksanakan dikelas III MI.
Dalam penelitian ini, peneliti
bersama seorang guru kelas MI yang mengajar matematika di kelas III MI tersebut
merancang tindakan, yaitu membuat rancangan pembelajaran matematika
realistik untuk meningkatkan pemahaman pecahan senilai bagi siswa kelas III
selama berlangsungnya penelitian. Selanjutnya rancangan yang telah di buat ini
dilaksanakan, dengan pelaksana tindakan pembelajaran adalah seorang guru kelas yang
mengajar matematika di kelas III. Sedangkan peneliti bertindak sebagai
instrument penelitian, yaitu sebagai pengamat, pewawancara, dan pengumpul data.
2. Sumber Data
Data yang akan dijaring dalam
penelitian ini meliputi: aktivitas guru dan aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran materi pecahan senilai dengan pembelajaran
matematika realistik dan hasil belajar siswa tentang materi pecahan senilai.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri
Susukan 03 Ungaran Timur Semarang yang mengikuti pembelajaran materi pecahan
senilai dengan pembelajaran matematika realistik. Siswa yang diambil sebagai
subyek penelitian adalah 15 orang siswa, yang terdiri dari 5 orang siswa
berkemampuan tinggi, 5 orang siswa berkemampuan sedang, dan 5 orang siswa
berkemampuan rendah.
Penentuan ini didasarkan pada nilai
rapor matematika kelas II dan hasil pertimbangan guru yang lebih mengetahui
latarbelakang siswa tersebut. Pertimbangan
guru ini digunakan dengan alasan, karena salah satu teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah wawancara sehingga subyek yang dipilih harus mudah
diwawancarai dan tidak pendiam. Sedangkan subyek dalam penelitian ini hanya 15
orang siswa, dengan alasan didasarkan pada pertimbangan agar focus penelitian
dapat diamati dengan lebih cermat dan mendalam.
3. Metode Pengumpulan Data
Prosedur
pengumpulan data dilakukan berdasarkan bentuk data yang ingin diperoleh, yaitu
melalui observasi, tes, interfiew, dan pencatatan kegiatan lapangan.
a.
Observasi, dilakukan untuk mengamati kesesuaian antara pelaksanaan tindakan
dan perencanaan yang telah disusun dan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan
tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki.
b.
Metode Tes, dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar siswa tentang pecahan senilai. Jenis tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tes essay, dengan tujuan supaya
memperoleh informasi tentang proses yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal
atau masalah realistik.
c.
Interview, dilakukan untuk menggali
informasi kesulitan siswa dalam memahami pecahan senilai yang tidak dapat
diperoleh dari kegiatan pembelajaran, serta mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran pecahan senilai menggunakan pembelajaran matematika realistik.
d.
Catatan Lapangan, dilakukan untuk
melengkapi data. Catatan lapangan ini memuat diskripsi tentang kegiatan pembelajaran,
yang meliputi aktivitas guru dan siswa serta kasus-kasus yang terjadi selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini juga berisi refleksi
yang memuat kerangka berpikir dan pendapat peneliti.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data
dilakukan dalam suatu proses. Proses dalam hal ini berarti bahwa pelaksanaannya
sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara
intensif. Setiap kali pemberian tindakan berakhir, maka data yang terkumpul
dianalisis berdasarkan hasil observasi, tes, interview, dan pencatatan
kegiatan lapangan.
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan
oleh Miles dan Huberman (1992:18), yaitu dengan cara reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Secara garis besar tiga
tahap analisis ini adalah sebagai berikut.
a.
Reduksi data
Pada tahap ini dilakukan penyederhanaan dan abstraksi
terhadap data yang telah terkumpul tentang pembelajaran matematika realistik
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pecahan senilai, meliputi :
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama tindakan pembelajaran
berlangsung, hasil tes tentang pemahaman siswa terhadap pecahan senilai, rekaman
interfiew, hasil kuesioner, dan catatan lapangan. Kegiatan penyederhanaan dan
abstraksi terhadap data yang telah terkumpul ini dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi yang jelas sehingga memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan.
b.
Penyajian data
Pada tahap ini dilakukan pengorganisasian terhadap
data yang telah direduksi. Seluruh informasi yang diperoleh dari reduksi
disusun secara naratif yang memungkinkan peneliti untuk membuat kesimpulan dan
mengambil suatu tindakan. Penyusunan informasi ini dengan cara memadukan
data yang telah diperoleh, dari observasi, metode tes, interfiew, dan
catatan lapangan.
c.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang meliputi
menentukan arti atau makna mengenai data yang telah diperoleh dan memberikan
penjelasan, selanjutnya menguji kebenarannya dengan verifikasi.
5. Desain Penelitian
Desain penelitian yang ditempuh
dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu: (1) tahap pendahuluan dan (2)
tahap tindakan. Rincian kegiatan dari tahap-tahap ini adalah sebagai berikut.
a.
Tahap Pendahuluan
i.
Melakukan observasi awal.
ii.
Menentukan subyek penelitian, yaitu
bedasarkan nilai rapor kelas III dan pertimbangan guru yang mengajar matematika
di kelas IV.
b.
Tahap Tindakan
Langkah-langkah dan prosedur dalam pelaksanaan
tindakan ini mengikuti prinsip-prinsip dasar yang berlaku dalam penelitian
tindakan. Waseso (Rofi’udin,1996:34), menyatakan bahwa penelitian tindakan
merupakan proses daur ulang mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan
dan pemantauan, serta refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang.
Secara umum kegiatan pelaksanaan tindakan pada setiap siklus adalah sebagai
berikut.
i.
Perencanaan tindakan
Pada tahap ini, rencana yang akan dibuat adalah
sebagai berikut.
v Silabus dan
rancangan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan pemahaman
pecahan senilai siswa kelas III MI.
v Merumuskan
masalah-masalah realistik tentang pecahan senilai, yaitu masalah-masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang telah dialami oleh siswa kelas III MI.
v Mengembangkan
bahan ajar tentang pecahan senilai yang berorientasi pembelajaran realistik.
v Memilih dan
menyiapkan media pembelajaran. Media pembelajaran ini diperoleh dari
benda-benda yang ada di sekitar siswa, misalnya apel, kue donat, dan kertas
karton yang berbentuk lingkaran.
v Menyusun
pedoman observasi, serta pedoman wawancara.
ii.
Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan pembelajaran matematika
realistik untuk meningkatkan pemahaman pecahan senilai siswa kelas III MI,
sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan ini dilaksanakan oleh guru
kelas yang mengajar mateamtika di kelas III MI.
iii.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh peneliti. Pengamatan
ini untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi siswa dan guru selama
tindakan pembelajaran.
iv.
Refleksi
Refleksi dilakukan untuk
menganalisis hasil tindakan agar dapat memperbaiki tindakan berikutnya.
Kegiatan refleksi ini dilakukan oleh semua TIM peneliti. Siklus dalam setiap
tindakan ini diakhiri atau dihentikan dengan indikator sebagai berikut.
v Hasil
observasi/pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan memberikan nilai yang baik untuk semua
komponen.
v Hasil
interfiew telah memberikan informasi bahwa siswa senang terhadap materi pecahan
senilai.
v Hasil tes
telah menunjukkan bahwa siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam
memahami pecahan senilai (minimal siswa mencapai 75%).
Apabila ketiga indikator tersebut belum terpenuhi, maka dilakukan
perencanaan ulang dengan memperhatikan dan mengakomodasikan hasil refleksi yang
diperoleh, kemudian diikuti pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi,
begitu seterusnya sampai dipenuhi ketiga indikator tersebut.
I.
JADWAL PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 bulan,
dengan jadwal kegiatan penelitiannya sebagai berikut.
No.
|
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Penulisan dan pengajuan proposal
|
X
|
|||||||||||||||
2.
|
Ijin Penelitian
|
X
|
|||||||||||||||
2.
|
Persiapan Penelitian
|
X
|
X
|
||||||||||||||
3.
|
Penyusunan bahan ajar
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||||||||||||
4.
|
Pelaksanaan Penelitian
|
||||||||||||||||
a. Siklus 1
|
X
|
X
|
|||||||||||||||
b. Siklus 2
|
X
|
X
|
|||||||||||||||
5.
|
Refleksi
|
X
|
X
|
||||||||||||||
6.
|
Analisis Data
|
X
|
X
|
||||||||||||||
7.
|
Pembuatan laporan
|
X
|
X
|
J.
Personalia
Penelitian
Nama :
No Hp :
Tempat dan tanggal
lahir :
Agama :
Jenis Kelamin :
G.
Instrumen
Penilaian
Instrument dalam penelitian ini adalah
peneliti dengan instrument pendamping lembar observasi, pedoman wawancara,
angket, tes, dokumentasi dan catatan lapangan. Adapun instrument itu adalah :
a.
Peneliti
Peneliti merupakan instrument dalam PTK
kerena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak
menentu seperti halnya banyak terjadi dikelas (Rochiati Wiriaatmadja, 2010 :
96). Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai perencana, pengumpul data,
penganalisis, penafsir data, dan sebagai pelapor hasil penelitian.
b.
Lembar Observasi
Digunakan sebagai pedoman peneliti dalam
observasi guna memperoleh data yang di inginkan. Dalam penelitian ini digunakan
lembar observasi minat siswa pada saat pembelajaran matematika di kelas
mengenai pecahan dengan menggunakan model
pembelajaran matematika realistik.
c.
Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi dan hasil wawancara terutama mengenai minat belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik.
d.
Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam menggunakan metode
tes, peneliti menggunakan instrument berupa tes atau soal tes yang terdiri dari
banyak butir tes yang masing-masing mengukur satu jenis variabel. Tes dilakukan
untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar matematika sebelum diberikan
tindakan dan sesudah diberikan tindakan. Tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes atau kuis individu.
H.
Daftar
Pustaka
Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic
Mathematics Education. Utrecht: CD Press.
Heuvel-Panhuizen. 1998. Realistic Mathematics
Education, Work in Progress. Makalah disampaikan dalam NORMA-lecture,
Kristiansand-Norwegia, 5-9 Juni.
Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Matematika menurut
Pandangan Konstruktivistik. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
Pendidikan Matematika, Program Pasca Sarjana IKIP Malang, Malang, 4 Maret.
Hudojo, H. 2002. Representasi
Berbasis Masalah. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika
XI. Universitas Negeri Malang. Malang: 22-25 Juli.
Jacob, E. 1992. Culture, Context, and Cognition.
The Handbook of Qualitative Researh in Education. Academic Press.
Kurikulum 2004, Mata
Pelajaran Matematika SD dan Madrasah Ibtidaiyah
Mc Mahon. Mark. 1997. Social Constructivism and the
Word Wide Web: A paradigm for Learning (Online).
Orton, A. 1992. Learning Mathematics : Issues,
Theory and Classroom Practice. Second Edition. New York: Cassell.
Post, T.R. 1992. Teaching Mathematics in Grades K-8
: Research-Based Methods. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Slavin, R.E. 1991. Educational Psychology: Theory
into Practice. Third Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Soedjadi, R.2001. Pemanfaatan Realita dan
lingkungan dalam pembelajaran Matematika. Makalah disampaikan dalam seminar
Nasional Realistic Mathematics Educations (RME), Jurusan Matematika FMIPA
UNESA, Surabaya, 24 Februari
Suparno, P. 2001. Filsafat
Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius: Yogyakarta.
Wilson, B.G, 1996. Constructivist Learning
Environments: Case Studies in Instructional Design. New Jersey: Educational
Tecnology Publications.
Yuwono, I. 2001. RME (Realistic Mathematics Educations) dan Hasil Studi
Awal Implementasinya di SLTP. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
Realistic Mathematics Educations (RME), Jurusan Matematika FMIPA UESA,
Surabaya, 24 Februari.
0 Response to "PTK : Upaya Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Tentang Penjumlahan Pecahan Melalui Pembelajaran Matematika Realistik Siswa Kelas III MI "
Post a Comment